MITOS, LEGENDA DAN CERITA RAKYAT
MITOS
Pasti kalian
sering dengar dong ya berbagai jenis mitos dikalangan ibu-ibu zaman dulu.
Mungkin suku Jawa sering mengatakannya “pamali”. Konon, mitos itu sudah ada
sejak nenek moyang kita. Ya terbukti dari larangan ibu – ibu kita yang menjawab
ketika anaknya bertanya, “memangnya Ibu tahu darimana?” “Ya larangan itu memang
sudah ada sejak nenek moyang kita. Dalam pengertian sederhana, mitos adalah suatu informasi yang
sebenarnya salah tetapi dianggap benar karena telah beredar dari generasi ke
generasi.
Dalam Wikipedia, Mitos atau mite (myth) adalah
cerita prosa rakyat yang di tokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa
yang terjadi di dunia lain (kahyangan) pada masa lampau dan dianggap
benar-benar terjadi oleh yang punya cerita atau penganutnya. Mitos juga
disebut Mitologi, yang kadang
diartikan Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan
bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan
konsep dongeng suci.
Mengapa Mitos di Percaya? Sebab masyarakat
tradisional yang masih sangat kental budaya kedaerahannya, beranggapan mitos
sangat berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Mereka kebanyakan mengabaikan logika dan lebih
mempercayai hal-hal yang sudah turun temurun dari nenek moyang. Pada dasarnya,
mitos orang zaman dahulu memiliki tujuan yang baik untuk kelangsungan hidup
keturunannya.
Beberapa contoh mitos:
1.Jangan menyapu setengah-setengah, nanti jodohnya buruk
Mitos ini
biasanya dilontarkan pada anak gadis yang tidak bersih menyapu lantai. Larangan
tersebut dikarenakan tidak ingin anak gadisnya jadi pemalas, apalagi dalam soal
membersihkan rumah. Lah kalau kita saja tidak cinta dengan kebersihan, gimana
kita dapat jodoh yang bersih? Betul tidak? :D
2.
Jangan mandi maghrib-maghrib, nanti dicubit setan
Larangan ini
sering banget untuk anak kecil yang suka bermain hingga maghrib. Berkotor ria
dengan temannya dilapangan, kalau belum dengar adzan mereka belum mau pulang. Tentu
larangan ini dimaksudkan untuktidak pulang hingga maghrib tiba, alhasil tidak
akan lagi mandi pada saat maghrib.
LEGENDA
Legenda, dalam bahasa Latin adalah legere.
Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali
dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun
demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi
sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika
legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka
legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung
sifat-sifat folklor.
legenda sendiri, meskipun kejadiannya dianggap
benar, pelaku-pelaku kisahnya adalah manusia, bukan Dewa dan monster.
Contoh Legenda:
Pernahkah mendengar nama Situs Ratu Boko? Memang,
situs yang satu ini belum setenar Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Tapi,
Situs Ratu Boko ini sudah ada sebelum dibangunnya Candi Borobudur dan Candi
Prambanan.
Letak Situs Ratu Boko ini dekat dengan Candi
Prambanan. Lebih tepatnya 3 KM arah selatan Candi Prambanan. Karena letaknya di
atas bukit, kita tidak hanya melihat situs kuno saja, tapi juga pemandangan
alam yang menakjubkan, disertai sejuknya angin yang berhembus. Pemandangan Kota
Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar belakang Gunung Merapi, dapat
terlihat dengan jelas dari SItus Ratu Boko.
Di Kraton Ratu Boko ini, kita tidak hanya melihat
candi. Namun juga situs lain, seperti gapura, paseban, candi pembakaran,
keputren (tempat singgah para puteri), kolam pemandian puteri jaman dulu, dan
gua lanang- wadon. Di sini, kita bisa melihat adanya percampuran budaya dalam
struktur Kraton Ratu Boko, yakni budaya Budha dan Hindu. Situs Ratu Boko
merupakan simbol kerukunan beragama di masa lalu.
Kalau dilihat dari sejarahnya, bisa dibilang Situs
Ratu Boko ini masih misterius. Ratu Boko merupakan peninggalan Kerajaan Mataram
Kuno dari abad ke 8. Berdasarkan sejarah, dulu Ratu Boko digunakan oleh Dinasti
Syailendra, sebelum masa Raja Samaratungga (pendiri Candi Borobudur) dan Rakai
Pikatan (pendiri Candi Prambanan).
Berdasarkan prasasti yang dikeluarkan Rakai
Panangkaran pada 746-784 Masehi, pada awalnya bangunan yang ada di kawasan Ratu
Boko disebut Abhayagiri Wihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti
gunung atau bukit, Wihara berarti asrama atau tempat. Sehingga Abhayagiri
Wihara adalah asrama atau wihara para biksu agama Budha yang terletak di atas
bukit penuh kedamaian. Pada masa berikutnya, antara 856-863 Masehi, Abhayagiri
Wihara berganti nama menjadi Kraton Walaing yang diproklamirkan Raja Vasal
bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Prasasti Mantyasih yang berangka tahun
898-908 M yang dikeluarkan Rakai Watukara Dyah Balitung masih menyebut nama
Walaing sebagai asal usul Punta Tarka sang pembuat prasasti Mantyasih. Dari
awal abad 10 hingga akhir abad 16, tidak ada berita terkait Kraton Walaing ini.
Sembilan puluh tahun kemudian, yakni 1790, Van
Boeckholtz menemukan adanya reruntuhan kepurbakalaan di atas Situs Ratu Boko.
Seratus tahun kemudian, FDK Bosch mengadakan penelitian dan melaporkan hasil
penelitiannya yang diberi judul Kraton Van Ratoe Boko. Diawali laporan itulah,
kepurbakalaan yang ada di bukit Ratu Boko dikenal dengan Kraton Ratu Boko.
Sebelumnya, masyarakat lebih sering menyebutnya sebagai Candi Dawung atau
Kraton Ratu Boko van Ratoe Boko.
Kraton Ratu Boko berasal dari Kraton dan Ratu Boko.
Kraton berasal dari Ka-datu-an yang artinya tempat atau istana raja, sedangkan
Ratu Boko berarti bangau. Namun, masih belum diketahui siapa yang dimaksud
dengan Raja Bangau tersebut. Namun, legenda menuturkan bahwa Ratu Boko
merupakan ayah dari Roro Jonggrang, yang merupakan asal muasal munculnya
legenda Bandung Bondowoso di Candi Prambanan.
Prasasti atau bukti sejarah yang merujuk pada Situs
Ratu Boko, memang masih minim. Oleh karena itu, sejarah pasti terkait situs ini
belum bisa diungkapkan secara jelas. Di sinilah letak misterius Ratu Boko, yang
juga menjadi daya tarik bagi pengunjung. Keindahan, eksotisme, dan
ke-misterius-annya membuat kita dapat mereka-reka atmosfer kehidupan di masa
kuno dulu.
CERITA RAKYAT
Cerita rakyat yang saya ambil berasal dari Lampung dan merupakan salah satu cerita rakyat Indonesia yang popular di kalangan masyarakat Lampung. Cerita ini mengisahkan tentang dua orang yang sombong karena memiliki kelebihan dari orang lain. Pengajaran yang bisa di petik dari cerita ini adalah jangan menjadi orang yang sombong walaupun memiliki kelebihan dari orang lain. Berikut marilah kita simak bersama cerita rakyat dari Lampung yang berjudul Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata
Serunting adalah orang yang sakti mandraguna. Dia berasal dari Majapahit yang kemudian diusir dari istana lalu berkelana ke Sumatera. Adik ipar Serunting yang bernama Arya Tebing merasa iri dengan kesaktian Serunting. Dia lalu memujuk kakaknya untuk memberitahu di mana letak kelemahan Serunting. Karena rasa sayang kepada adiknya akhirnya istri Serunting memberi tahun letak kelemahan Serunting.
Setelah mengetahuinya Arya Tebing mengajak Serunting untuk adu kekuatan. Mereka pun berkelahi, ketika itu Arya Tebing menusuk Serunting di tempat kelemahannya. Serunting terluka parah dan kemudian mengasingkan diri di Gunung Siguntang. Dalam pengasingannya Serunting mengobati lukanya dan tidak jemu berdoa pada Tuhan agar mengembalikan kesaktiannya. Karena ketekunan Serunting akhirnya dia diberi kelebihan bahwa apapun yang diucapkannya menjadi kenyataan.
Pada suatu hari Serunting sedang berjalan-jalan di sebuah kampung. Masyarakat kampung tersebut sedang menanam padi. Hamparan sawah yang menguning sangat indah di pandang mata. Namun Serunting malah mengatakan bahwa itu bukan sawah melainkan hamparan batu. Ketika itu tiba-tiba saja ucapan Serunting menjadi kenyataan. Melihat hal itu warga menjuluki Serunting dengan julukan Si Pahit Lidah. Masyarakat tidak ada yang berani melawan Si Pahit Lidah karena mereka takut terkena kutukannya. Si Pahit Lidah menjadi sombong dan kasar sehingga warga tidak menyukai dirinya.
Kesaktian Si Pahit Lidah terdengar oleh Si Empat Mata seorang yang juga memiliki kesaktian dari negeri India. Si Empat Mata merasa tersaingi kesaktiannya dan bermaksud untuk menantang Si Pahit Lidah. Kemudian dia berlayar menuju Sumatera untuk menemui Si Pahit Lidah. Ketika bertemu Si Empat Mata menantang Si Pahit Lidah untuk berkelahi. Berhari-hari mereka berkelahi dan mengeluarkan seluruh kesaktiannya namun tidak ada yang menang atau kalah.
Ketika itulah seorang tetua kampung mengajukan pertandingan untuk kedua orang tersebut. Meraka harus memakan buah aren yang tersedia. Si Pahit Lidah mendapat giliran pertama untuk memakan buah tersebut. Dengan sombong Si Pahit Lidah memakan buah aren itu sambil berfikir karena tidak mungkin dia akan mati dengan buah sekecil itu. Namun apa yang terjadi Si Pahit Lidah menggelepar lalu mati. Melihat Si Pahit Lidah mati Si Empat Mata merasa senang karena sekarang dialah orang yang paling sakti di negeri itu. Namun, Si Empat Mata merasa aneh karena Si Pahit Lidah bisa mati hanya dengan sebiji buah aren. Si Empat Mata lalu menimang-nimang buah aren sisa Si Pahit Lidah, dia memakan buah aren tersebut dan tidak lama kemudian Si Empat Mata menggelepar lalu mati. Akhirnya mereka berdua mati dengan kesombongan sendiri lalu keduanya di makamkan di Danau Ranau.
Cerita Rakyat Si Pahit Lidah dan Si Empat Mata menceritakan tentang kesombongan akan mengakibatkan celaka pada diri sendiri. Semua kekuatan tiadalah berguna jika diiringi dengan kesombongan.
http://www.kaskus.co.id/thread/5098eb03582acf775e0000ce/13-kumpulan-cerita-rakyat-indonesia-penuh-maknaserba-13